Jumat, 13 Mei 2011

Cara Menghilangkan Virus Shortcut


Ok readers setelah seharian ini berjuang membasmi virus yang bersarang d laptop yang membuat semua data menjadi shortcut. Usaha ku seharian hampir membuat putus asa, tapi dengan tekad yang kuat akhirnya semua itu takluk :P. Ok sekarang aku bakal ngasi tau caranya :

1. Scan dulu semua folder , tadi sih aku pake AVG kalau mau unduh d mbah google ada banyak coz neh gratis dan bagus punya.

2. Setelah semua virus terdata, hapus tuh semua virus sialan :b.

3. Buka windows explorer, kemudian klik tools - folder options - tab view - rubah tanda don,t show hidden files menjadi show hidden files, folders and drives

4. Menampilkan data yang asli dengan cara Start -> Run -> ketik cmd -> ketik nama folder (ex: F: atau G:) lalu enter - ketik dir (F: dir) enter - ketik attrib -s -h -r /s /d (F: attrib -s -h -r /s /d) ngetiknya harus sama kaya gini. Kemudian klik enter

5. Biasanya kalo tuh flashdisk udah bener bersih proses pengembalian data udah selesai. Tapi kalo pas klik enter muncul seperti masih terdeteksi virus autorun.inf atau recycler. Nah setelah cara menghapusnya proses yang di atas belum selesai.

Cara menghapus autorun.inf :
Buka Command Prompt : Klik Run dan ketik cmd
Pada kota cmd ketik RD / S / Q \\.\ Nama Drive\Nama folder
Disini saya mengetik RD / S / Q \\.\F:\autorun.in

hat folder autorun.in sudah hilang……..cara diatas juga digunakan untuk menghapus folder recycler,anda tinggal merubah nama foldernya menjadi recycler.

Sabtu, 07 Mei 2011

Aku Harap ini Bukan yang Terakhir

Hello readers :) , aku mau share cerpen buatan ku sendiri nih. Kritik & saran selalu diterima :).

Pagi ini terjadi sedikit kericuhan dirumahku. Sepertinya ini sudah bukan kegiatan yang tabu terjadi di rumah ku lagi karena hampir setiap hari sepertinya ini terjadi.

“Dek! Bangun, udah siang ini. Kamu gak sekolah apa?”

“Hah? Ya ampun udah jam berapa nih? Hah udah jam segini? Aduuh telat lagi nih.” Untuk kesekian kalinya kejadian ini seperti selalu menemani pagi ku. Suara mama yang menggelegar tadi seakan menyeret ku dari alam mimpi. Semalaman aku begadang mengerjakan tugas yang wajib di kumpulkan hari ini. Sampai akhirnya aku ketiduran, alhasil aku telat bangun. Dengan cepat aku langsung menyambar handuk yang tergantung di leher abangku dan menyerobot antrean kamar mandi. Setelah mandi, aku membereskan semua buku-buku pelajaran hari ini dan semoga tidak ada yang tertinggal.

“Ma..! Aku berangkat dulu, assalamualaikum.” Dengan secepat kilat aku langsung menghilang dari pandangan . “Ya..ampun tuh anak, gak salam sama orang tua dulu.” Dengan heran sang mama melihat kelakuan anak bungsunya itu.

***

“Dasar pelanggan terlambat kamu, cepat masuk bel udah bunyi.” Seorang laki-laki yang kira-kira berumur setengah abad yang suaranya sudah tak asing lagi di telingaku bahkan suara itu seperti selalu menyambut ku tiap pagi di gerbang sekolah. “Hehe.. makasih Pak Ujang. Moga muda lagi pak ya.” Ejekku. Aku langsung berlari menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi dikarenakan semua anak-anak sudah berada di dalam kelasnya masing-masing. “Hah.. Sukur bapak menyebalkan itu tidak tampak batang hidungnya.” Batinku bersyukur karena orang yang aku takuti tidak ada. “Kamu!” Tiba-tiba saja suara seorang laki-laki yang sudah berumur mengejutkan ku. “Mampus!” Sekejap muka ku menjadi pucat seakan aliran darah dalam tubuh ini akan berhenti begitu saja, bahkan denyut jantungku berdetak lebih cepat karena aku mengetahui siapa pemilik suara itu. “Terlambat lagi kamu? Bosan saya selalu melihat wajah kamu terus setiap pagi.” Dengan wajah yang sangar sambil melipat kedua tangannya di dada. “Eh.. Bapak, pagi pak.” Dengan terpaksa aku mengeluarkan seyum sok polos dan berharap hati Pak Eko luluh. “Jangan pasang wajah bodohmu. Kamu saya hukum. Sampai jam pelajaran pertama selesai kamu boleh kembali ke kelas.” Dengan lancarnya ia mengeluarkan kata-kata itu tanpa sedikit pun beban. “Hah? Hukumannya ngapain pak?” tanyaku dengan penuh harapan semoga itu bukan hukuman yang berat. “Kamu bersihkan ruang laboratorium komputer I” Pak Eko memerintahku dan sepertinya dia tidak memeperdulikan raut wajahku yang mengisyaratkan bahwa aku tidak mau. “Oh.. iya kamu bersihkan ruangan ini satu jam sebelum pelajaran dimulai saat bel berbunyi kamu boleh kembali ke kelas.” Lanjutnya, dengan kata-kata yang menyiksa ku itu keluar dari mulutnya dengan lancar.”Maaf pak, satu jam sebelum pelajaran dimulai. Lha ini kan pak…” belum selesai aku berbicara, tiba-tiba Pak Eko memotong. “Iya.. hukuman kamu sampai hari Jum’at.” Lagi-lagi kata-katanya semakin menyiksaku. “Yaudah bapak masih ada kerjaan lain, jangan lupa dengan hukuman kamu itu jika lupa pasti akan ada hukuman tambahan yang menuggu.” Pak Eko pun berjalan meninggalkan ku. Semakin lama dia semakin mengecil dan menghilang dari pandangan ku. Dengan lemas dan malas aku berjalan menuju laboratorium. Gubraak! tiba-tiba saja aku terjatuh. “Aww! Sakit.” Rintihku sambil mencoba untuk berdiri. “Jalan hati-hati dong, mata tu di pake.” Belum sempat aku berdiri dengan sempurna aku sudah di hujani dengan kata-kata yang memastikan memang akulah yang salah. “Eh enak aja langsung nyalahin ! Udah kamu yang gak liat. Liat nih gara-gara kamu aku jatuh.” Dengan cepat aku langsung membalas, karena aku tidak mau disalahkan begitu saja. Tanpa perlu jawaban darinya aku langsung berlalu meninggalkannya. Pagi ini cukup apes, belum lagi empat hari ke depan aku harus datang lebih awal dari yang lain hanya karena untuk bersihin laboratorium komputer sendirian . Aku harap tidak akan ada hantu yang akan menemani ku. Tanpa sadar ternyata aku sudah sampai di depan ruangan yang aku tuju. Ruangan dengan pintu berwarna coklat tua yang besar dan rak sepatu di sampingnya yang selalu setia menampung sepatu anak-anak. Aku mulai melepas sepatuku dan meletakkannya di depan pintu. Kubuka pintu itu dengan perlahan. Gelap dan pengap yang aku rasakan karena AC nya belum dihidupkan. “Hah.. nih ruangan cukup gede juga kalo cuma aku doang yang bersihin, andai punya doraemon aku bisa mengerjakan ini semua dengan sekejap.” Saat aku mulai menyapu ruangan itu, tiba-tiba pintu ruangan itu berbunyi menandakan ada yang membuka. Itu cukup membuat bulu-bulu halus di leherku berdiri dengan tegak. “Siapa itu?” aku bertanya ke arah pintu, dan berharap tidak sesuai dengan khayalanku. “ Eh ada orang ya ?” suara itu, sepertinya aku pernah mendengarnya. Pintu semakin terbuka lebar, cahaya lampu yang cukup terang membantu aku untuk mengetahui sosok yang berada di depan pintu itu. “Hah kamu lagi ?” Tanyaku terkejut. “Lagi? Emangnya kita pernah bertemu sebelumnya?” Tanyanya balik sambil menutup pintu dan memilih tempat duduk. Secepat itu dia melupakan kesalahnnya yang membuat kaki ku lecet. “Eh bego ! Kamu tuh yang nabrak aku tadi di koridor.” “Ohh yang tadi.” Sepintas kalimat yang sangat pendek, padat dan tidak jelas itu membuat telingaku panas. Dengan santainya dia mengucapkan itu semua tanpa perasaan bersalah. Bukannya minta maaf atau apa. Aku malas melanjutkan pembicaraan dengannya lagi, lebih baik aku melanjutkan hukuman dari bapak menyebalkan itu.

“Hah.. akhirnya selesai juga.” Kataku sambil menjatuhkan diri di salah satu kursi. Aku mencoba membongkar isi tasku untuk mendapatkan botol minum ku yang berwarna biru muda. “Eh.. kok gak ada ya? Perasaan udah di bawa deh.” Gumamku kecil. Rasa kering yang mendera kerongkongan ini seperi sudah tak tertahankan lagi. “Haus ?” Suara yang tiba-tiba muncul itu cukup mengejutkan. Belum sempat menjawab, dia sudah menyodorkan botol minum miliknya. Sebenarnya gengsi, tapi daipada mati kehausan. Aku langsung meneguk air itu. “Makasih ya, baik juga ternyata kamu.” Kataku dengan senyum kecil sambil mengemblikan botol miliknya. “Haha oke deh.” Balasnya dengan tertawa kecil dan kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan komputer yang berada di depannya. “Nih anak kalo gak nyebelin manis juga ya.” Batinku sambil senyum-senyum sendiri. Teeet ! Bel sekolah berbunyi yang menandakan jam pelajaran pertama berakhir itu artinya hukuman ku hari ini selesai. “Eh duluan ya, aku harus ke kelas. Makasih sekali lagi.” Pamitku sambil melambaikan tangan yang di balas senyumnya.

Jam tangan sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB, waktu pulang tiba. Semua anak sudah berhamburan dari kelasnya masing-masing. Karena aku ada urusan yang mengharuskan aku berjalan melewati deretan kelas XA, XB, dan XC. Saat melintasi kelas XA, aku melihat sesosok yang sepertinya aku kenal “Eh kok kayanya kenal ya?” Gumamku kecil. Aku mulai memutar otak untuk mengingat. “Oh iya, tuh kan anak tadi. Ternyata dia anak XA ya.” Aku memang tidak terlalu hafal dengan anak-anak yang satu sekolah dengan ku, karena kebiasaan ku yang tidak mau tahu. Apalagi deretan kelas ini jauh dari kelas ku. Saat aku mau jalan ke tempat tujuan ku, tiba-tiba dia memanggil. “Hey ! Kamu yang tadi kan. Ini.” Lagi-lagi dengan senyuman yang menggoda dia memberikan buku yang di tutupi sampul berwarna biru lembut. “Loh kok sama kamu? Pantes tadi di cari gak ada.” Aku terkejut karena buku ku bisa berpindah tangan ke dia. “Tadi kamu ninggalin di laboratorium daripada hilang aku bawa aja.” “Oh.. makasih ya. Oya aku tinggal dulu ada janji nih. Dah.” Mengingat karena masih ada urusan, aku pun meninggalkannya.

***

Jam tangan berwarna hitam milikku telah menunjukkan pukul 06.15 WIB. Aku sudah berada di sekolah. Pak Ujang yang setiap hari melihatku selalu terlambat, hari ini dia seperti tak percaya karena kedatangan ku yang lebih awal dari anak-anak lain. Kalau tidak karena hukuman itu mungkin hari ini aku akan telat lagi. Aku berjalan menuju laboratorium. “Hmm.. masih sepi.” Batinku. Sepanjang jalan menuju laboratorium aku hanya melihat beberapa anak saja yang baru datang.

Seperti kemarin, sesampai di laboratorium aku melepas sepatuku dan meletakkannya di depan pintu. “Sepertinya ada orang di dalam ya.” Aku membuka pintu itu secara perlahan. “Permisi !” Kataku sambil melihat ke sekeliling ruangan. “Eh kamu !” Suara itu menyambutku. “Loh kok ada kamu?” Tanyaku sambil meletakkan tas dan duduk sejenak. “Iya nih ada kerjaan soalnya.” “Ohh..” Balasku singkat karena kehabisan kata-kata. “Kok kamu kesini lagi?” Tanyanya balik. “Hehe.. aku dihukum buat bersihin nih ruangan sama Pak Eko.” Jawabku terkekeh dengan muka bodohku. “Ehh aku bersihin dulu ya.” Tanpa berkata dia hanya mengangguk sambil tersenyum ke arahku. “Oh ya nama kamu siapa cewek ?” Belum sempat aku mengambil sapu yang terletak di ujung ruangan dia sudah bertanya lagi kepadaku. “Mmm… aku? Aku Shilla, kamu?” jawabku dengan menegluarkan senyuman sok manis. “Aku Gamal”. “Gamal? Nama yang cukup bagus sesuai dengan orangnya.” Kataku dalam hati.

Sepuluh menit sudah berlalu. Tugasku hari ini telah selesai dan kali ini aku tidak lupa membawa botol minum. “Aaa..duuh pegel banget duduk terus.” Dia berdiri di samping kursinya dan menggerakkan pinggulnya maju dan ke depan seperti sedang melakukan pemanasan sebelum olah raga.

“Emang tugas apaan sih? Kayanya banyak banget.” Tanyaku penasaran.

“Hmm.. ini nih kerjaan dari OSIS.”

“Oh kamu anak OSIS toh.” Kataku sambil mengelus-ngelus dagu.

“Hehe.. iya dong, mukamu lucu ya kalo lagi gitu haha...” Entah ini mengejekku atau memuji aku malah ikut tertawa bersamanya bukannya marah atau tersanjung.

“Eh Shil, kamu anak kelas X kan ?” Tanyanya sambil melanjutkan pekerjaannya yang sepertinya memang benar-benar banyak.

“Iya, aku kelas XH.”

“Ohh.. pantesan jarang liat, kelas kita jauh ya.” Aku hanya mengangguk mengisyaratkan kata iya.

“Oh ya Shil, maaf ya soal kemarin?”

“Kemarin?” Tanyaku bingung.

“Iya, kemarin kamu jatuh gara-gara aku.”

“Ohh.. gak papa, sering-sering aja.” Candaku sambil tertawa kecil.

“Ada yang luka?” Tanyanya dengan wajah agak cemas.

Degg! Tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat. Aku merasa pertanyaannya yang satu ini berbeda dengan pertanyaan yang sebelumnya. “Aduuuh Shilla, kamu jangan kePDan gitu deh.” Batinku menenangkan jantungku agar berdetak dengan sempurna.

“Aaa.. Nnggak kok. Cuma lecet aja.”

Teeeettt ! Bel sekolah berbunyi menandakan semua murid-murid di sekolah ini sudah harus masuk kelasnya masing-masing. Mendengar itu aku langsung membereskan tas untuk bersiap-siap masuk ke kelas.

“Kamu gak masuk mal?”

“Iya nih, jalan ke atas sama-sama ya Shil.” Dia mematikan komputer yang sedari tadi setia menemaninya mengerjakan tugas. Setelah semua beres kami berdua keluar ruangan. Sepanjang perjalanan kami banyak bertukar cerita, dari yang masalah sekolah sampai percintaan. Karena kelas kami berbeda arah, kami berpisah di simpang kelas. “Woy! Haha.. etciaa sama siapa tuh.” Tiba-tiba saja Fanya mengejutkan ku dari belakang. “Hehe temen kok.” Jawabku dengan tersipu malu. “Ok deh, eh cepetan yuk tuh Bu Muslimah udah otw.” Katanya sambil menunjuk. “Oh yuuk.” Kami berdua berjalan menuju kelas.

***

Saat sedang menonton sinetron kesayangan ku, tiba-tiba tertera one message received di layar HP ku.

Sender: Gamal

Message: Hey cewek !:D lagi ngapain?

“Hah Gamal !” Bibirku langsung tersenyu lebar selebar-lebarnya saat membaca pengirim SMS itu. Dengan cepat aku membalasnya.

To: Gamal

Message: Hey juga cowok ! lagi nonton nih. Kamu ?

Belum lama aku mengirim balasan itu, sudah masuk satu pesan lagi di HP ku.

Sender: Gamal

Message: ngerjain tugas OSIS nih L. Eh Shill, bsk km datang awal lg k ?

Tanpa berfikir panjang, dengan lancar aku membalas pesan itu.

To: Gamal

Message: Hmm iya L kan masih ada hukuman.

Setelah mengetik pesan itu, aku berlari ke kamar. Meskipun kamarku masih berantakan tapi aku sudah tidak peduli, aku langsung melempar badanku ke atas kasur yang di temani bantal dan guling kesayangan, Saat aku sedang berbaring, HP ku bergetar.

Sender: Gamal

Message: Hehe kasian. Besok kita ketemu lagi di laboratorium ya J.

“Asik ketemu lagi.” Gumamku kecil sambil memeluk guling yang bersarung polkadot warna-warni.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 06.15. Aku sudah berada di dalam laboratorium. “Gamal mana ya kok belum datang?” Keadaan di luar memang sedang hujan deras. Untung tadi ada papa, jadi bisa minta antar. Sekarang jam tanganku sudah menunjukkan pukul 06.30. Berarti sudah setengah jam aku disini menunggu Gamal. Sebenarmya sekarang aku sudah bisa langsung ke kelas karena tugas dari Pak Eko sudah aku kerjakan dari tadi. Tapi entah kenapa aku belum mau pergi dari sini. Hujan di luar semakin deras. Bel sekolah sudah berbunyi, sekarang aku tidak bisa mengelak untuk tidak mau masuk kelas sekarang “Mungkin dia lupa dengan janjinya semalam.”. Aku keluar dari laboratorium menyusuri lorong, yang hanya satu-satunya jalan menuju kelas ku agar tidak kehujanan. Saat aku sedang berjalan aku berpapasan dengan sekumpulan anak. Samar-samar aku mendengar pembicaraan mereka. “Iya tadi adiknya Gamal nelfon aku, dia sekarang lagi keritis.” Degg ! Gamal keritis? Mendadak jantungku rasanya ingin berhenti berdetak. Tiba-tiba saja tubuhku lemas. “Maaf aku nyambung, tadi tidak sengaja aku mendengar pembicaraan kalian.” Aku mencoba menarik nafas dalam-dalam untuk menenagkan diri, kemudian aku bertanya. “G..gamal kelas mana ya yang kalian bicarakan ?” Dalam hati aku terus berdoa semoga bukan dia. “Gamal Yudistira anak XA.” Jawaban mereka cukup jelas membuat tubuhku semakin lemah. “Kamu kenal?” salah seorang dari mereka bertanya kepada ku, tapi aku tidak memperdulikan pertanyaan itu. “Kalian bisa membawaku ke tempat Gamal.” “Boleh, kita juga sekarang mau izin” Aku dan mereka pun pergi ke tempat dimana sekarang Gamal berada.

Saat kami baru sampai di depan kamar Gamal dimana berada. Aku melihat seorang anak perempuan dan seorang ibu sedang menangis di depan kamar itu. “Tante, ada apa tante? Kenapa tente menangis.” Tiba-tiba salah satu dari teman Gamal yang pergi bersamaku berlari menghampiri ibu itu. “Ga…gamaal udah gak ada Toon.” Tubuh ku semakin melemah, tanpa sadar aku sudah terjatuh dengan sejuta air mata yang begitu saja mengalir. “Shill.. Shilla..” Tentu saja teman Gamal yang berada di dekat ku lagsung mengangkat ku dan mendudukkan di kursi tunggu. Sebenarnya aku sudah tidak kuat lagi untuk berdiri dan berjalan. Tapi ini yang terakhir kalinya aku bisa melihat dia, Gamal Yudistira. “Bisa tolong bawa aku ke dalam gak aku mau lihat Gamal untuk yang terakhir kalinya” Aku pun berjalan sambil dipapah ke kamar Gamal. Aku mencoba menahan semua tetesan air mata ini. Tapi aku sudah tidak kuat.

Sekarang aku berada di depan Gamal. Aku berdiri mematung di depan tempat tidurnya. Wajahnya sekarang sedang tersenyum. Tersenyum untuk selamanya. Aku mencoba membungkukkan badan mendekati telinga Gamal seraya aku berbisik “Aku sayang kamu Gamal Yudistira, aku selalu berdoa ini bukan yang terakhir kalinya aku bertemu kamu aku janji suatu hari nanti aku pasti menyusul mu.”